Oelamasi, KI – Enam belas tahun lamanya atau tepatnya sejak tahun 2005 selalu bersama anak – anak penyandang disabilitas, mengajar dan bahkan mendampingi mereka mengharumkan nama Provinsi NTT ditingkat nasional.
Tahun 2019 pada ajang olimpiade paralimpic di Jakarta, atlet disabilitas dari NTT berhasil meraih 8 medali emas, 6 medali perak dan 7 medali perunggu, bahkan NTT menduduki peringkat 8 Nasional perolehan medali.
Prestasi ini kemudian membuka mata banyak orang terutama para orang tua yang memiliki anak penyandang disabilitas. Yustina A. Boymau, S.Pd seorang guru honor di sekolah inklusif SD Inpres Lili Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang – NTT sejak tahun 2005 serukan stop diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas. Semua orang adalah Ciptaan Tuhan dan karena itu tidak boleh lagi ada diskriminasi. Sekolah inklusif SD Inpres Lili adalah salah satu lembaga pendidikan yang menerima siswi penyandang disabilitas.
Yustina A. Boymau, S.Pd, pekan kemarin via pesan WhatsApp mengatakan, stigma negatif masih sering dialamatkan pada para penyandang disabilitas baik diruang privat maupun diruang publik termasuk diantaranya kebijakan pemerintah yang sering tidak melindungi hak – hak mereka.
“Disabilitas bukan kutukan, bukan pula tontonan, mereka pun tidak ingin dilahirkan seperti itu, mereka juga manusia yang harus dijaga, dirawat, dididik dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang,”Ungkapnya via Pesan WhatsApp.
Diruang privat, para orang tua yang memiliki anak penyandang disabilitas sering kali tidak menerima anaknya, orang tua sering berpikir bahwa panti asuhan menjadi tempat paling aman bagi anak. Penyandang disabilitas pun sering kali dibuli, dikurung dan diatar ke panti asuhan karena keluarga tidak mau menerimanya bahkan diasingkan.
Sebagai pengajar anak disabilitas di sekolah inklusif SD Inpres Lili dan juga penterjemah bahasa isyarat di BRSPDRW “Efata” Naibonat yang sering mendampingi mereka dibeberapa ajang olahraga tingkat nasional, ternyata atlet penyandang disabilitas mampu beprestasi dan pantas dibanggakan. Prestasi yang mereka raih itu belum tentu dapat dibuat oleh orang lain walaupun dalam kondisi yang tidak sama dengan penyandang disabilitas.
“Kenyataan yang dialami dalam dunia Disabilitas adalah nyata bagi mereka, karena mereka pantas untuk dibanggakan dimana berapa banyak anak Disabilitas yang berprestasi dengan talenta yang diberikan Tuhan,”Bebernya.
Lebih mencengangkan lagi, prestasi yang diraih anak – anak disabilitas justru dari cabang olahraga atletik dan lompat jauh. Sungguh prestasi yang luar biasa, kebanggan bukan hanya dari keluarga semata, pemerintah pun mestinya bangga dan mendukung pengembangan prestasi anak – anak ini.
“Bagi saya Anak – anak disabilitas adalah Kebanggaanku, perjuangan dalam suatu perlombaan baik tingkat nasional maupun tingkat Internasional banyak prestasi yang mereka berikan, mampukah kita seperti mereka?…tidak, ya tidak, “Ujarnya.
Pada tahun 2017, dalam ajang Peparpenas Disabilitas yang diselenggarakan di Kota Solo Jawa Tengah, kontingen atlet NTT mampu menyumbang beberapa medali dari cabang atletik.
Selanjutnya pada tahun 2019 pada ajang yang sama di Jakarta, prestasi atlet disabilitas bahkan lebih mentereng. Mampu meraih 8 medali emas, 6 medali perak dan 7 medali perunggu, semua medali itu direbut dari cabang atletik dan lompat jauh.
Perjuangan mereka sangat luar biasa, keringat bercucuran namun pengorbanan dan usaha yang luar biasa hingga mereka mampu mengharumkan nama Provinsi NTT masuk 10 besar daftar perolehan medali.
Disabilitas, mereka mempunyai Hak – hak sama dengan kita, mereka mampu melakukan seperti kita. Bangga sekaligus senang yang tak bisa diungkap dengan kata – kata. Linangan air mata menyaksikan kemampuan dan perjuangan yang luar biasa itu.
“Disabilitas bukan kutukan, Disabilitas bukan Tontonan, Disabilitas adalah bagian dari kehidupan dan kebanggaan saya. Mari Saling memberikan motivasi bagi anak – anak Disabilitas. Mengajak dan mengantar mereka untuk bersekolah mendapat Hak yang sama baik untuk mendapat pendidikan dan kehidupan yang layak. Stop diskriminasi, mari kita membantu mendukung anak – anak Disabilitas,”Pungkasnya.
Diujung tulisan ini, Yustina A. Boymau menitipkan sebuah harapan kepada Pemerintah Kabupaten Kupang dibawah kendali Bupati Kupang Korinus Masneno dan Wakil Bupati Jerry Manafe serta lembaga DPRD Kabupaten Kupang untuk memperhatikan para guru honor termasuk dirinya yang sama sekali belum masuk dalam daftar kontrak daerah atau sejenisnya. (Jessy)
Komentar